Keajaiban Yang Nyata (Based on True Story)
Saturday, June 22, 2019 | 10:48 AM | 0 Ask

Seorang
gadis remaja yang menyandang gelar santri di sebuah pondok gelisah karena
sebentar lagi ia harus segera meninggalkan surga dunia yang ia cintai yaitu
rumahnya setelah libur bulanan yang berlangsung selama tiga hari ia
lewati.
Bukan karena harus kembali ke penjara suci yang ia gelisahkan, hal
ini sudah pasti akan selalu ia rasakan setiap libur berakhir. Tapi kali ini,
selain gelisah karena hal itu, ia juga gelisah akan satu hal. Yaitu tugas kaligrafi.
Ia belum mengerjakan tugas itu. Seorang ustadz dari asatidz di sekolahnya telah
memberikan tugas itu kepada santriwati-santriwati di kelasnya untuk dikerjakan
saat liburan.
Melukis sepotong ayat atau kata mutiara dalam bahasa arab dengan
seindah mungkin atau dalam kata lain, sebuah kaligrafi. Itulah tugas yang telah
Ustadz-nya berikan. Bukanlah termasuk dari keahliannya. Dan ia berpikir bahwa kelihaian
tangannya begitu buruk. Tidak seperti sebagian besar dari teman-temannya yang
memiliki kreatifitas.
Tetapi dia adalah seorang gadis yang akan berusaha keras dalam hal
yang ia capai. Ia akan melakukan hal yang terbaik.
Di sisi lain, dia juga seorang gadis yang sering lalai. Terlebih
ketika ia menginjak masa libur di tempat ternyamannya, rumah.
Kali ini ia begitu menyesal atas tiga hari yang telah ia
sia-siakan. Selama tiga hari itu ia tidak memikirkan tugas itu. Suatu rahmat
dari Allah, Allah mengingatkannya beberapa saat sebelum semuanya siap
mengantarnya ke sebuah tempat dimana ia ditahan bersama cahaya-cahaya kesucian
Islami yang murni itu.
Tak ingin mengecewakan ustadz juga kedua orang tuanya, segera ia
tarik secarik kertas putih dan ia ambil sebatang pensil lengkap dengan spidol
hitam dan alat-alat apa pun yang akan membantunya dalam menghias. Tak lupa
mushaf Al-Qur’anul Karim yang akan ia jadikan sebagai bahan inspirasinya.
Kewalahan mencari sepotong ayat yang pantas ia ukir, yang
setidaknya memotivasi dirinya sendiri, ketimbang untuk orang lain, ia pun
memilih untuk mencari pada surat-surat pada juz terakhir dalam Al-Qur’an.
Tak lama kemudian terpilihlah dua ayat yang saat ia membacanya, ia
merasa terenyuh dan bangkitlah semangatnya. Yaitu :
فَإِنَّ مَعَ العُسْرِ يُسْرًا [٥] إِنَّ
مَعَ العُسْرِ يُسْرًا [٦]
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan,” (Q. S. Al-Insyirah : 5-6).
Itulah sepenggal ayat dari Quran Surat Al-Insyirah ayat 5-6 yang
terpintas di benaknya dan ia putuskan untuk memilihnya. Awalnya ia bingung,
tapi entah kenapa terpikir olehnya bahwa hal yang sedang ia hadapi itu adalah
sebuah kesusahan. Dua potong ayat itu memiliki makna bahwa dimana kita
menemukan kesusahan, pasti akan ada kemudahan yang akan membebaskan kita dari
kesusahan tersebut. Dan ia teringat bahwa ia pernah mendengar nasihat tentang
hal tersebut dan kemudian teringat tentang dua ayat tersebut.
Dibukalah lembaran mushaf yang ada di hadapannya, yang memunculkan
halaman yang terdapat surat Al-Insyirah.
Ia begitu senang karena dengan munculnya ide untuk membuat
kaligrafi dua ayat tersebut, kesusahan yang ia rasakan akan segera berakhir.
Lalu diambilnya sebatang pensil. Dengan nyali yang ciut pada
awalnya, sedikit demi sedikit ia goreskan sebatang pensil tersebut. Rasa
percaya dirinya tidak terlalu besar untuk menghasilkan sebuah karya kaligrafi
yang hebat.
Huruf demi huruf, kata demi kata, perlahan lahan, ia habiskan waktu
yang cukup lama.
Selesai! Sulit dipercaya baginya! Meski tak terlalu indah,
setidaknya ia menyelesaikan kaligrafi itu dengan cukup rapih. Ia merasa senang.
Namun ia masih merasa gelisah harus kembali ke penjara suci itu.
Pandangan dan pikirannya teralihkan dari kertas kaligrafi itu.
Ia merasa berat untuk mengakhiri liburan saat itu, tapi ia tak
ingin namanya tercantum dalam daftar santri-santri yang harus membayar
keterlambatan dengan hukuman. Segera ia ingin mengambil kertas itu untuk ia
simpan ke dalam kumpulan barang yang akan ia bawa.
Begitu tatapannya telah tertuju pada kertas itu. Ia sungguh
terkejut tidak terkira. Seciprat air membuat hasil karyanya itu rusak. Ia
sangat kesal dan ia bingung akan apa yang akan ia lakukan.
Saat itu ia berada di kamar ibunya. Tak lama, ibunya masuk ke kamar
itu. Ia mengeluhkan hal yang ia hadapi pada ibunya.
Sementara waktu terus berjalan dan ia pesimis ia akan bisa
menyelesaikan tugas tersebut. Jikalau ia mengerjakannya ulang, maka ia akan
menghabiskan waktu yang lama dan ia bisa saja terlambat. Walau ia masih ingin
berada di rumahnya, tapi ia tak ingin keterlambatan itu terjadi.
Ibunya memberi saran untuk mengulang tugas itu. Tapi ia tak yakin akan
dapat menyelesaikannya dalam waktu singkat. Dengan sedikit ragu pada awalnya,
ia pun mengambil selembar lagi kertas putih kosong. Bismillah.... Ia
berpasrah pada Alloh akan apapun yang akan terjadi setelah itu.
Sret sret....
Ajaib! Ia merasa terbiasa mengerjakan hal tersebut. Dalam waktu tak
begitu lama, ia berhasil menyelesaikannya. Ia agak heran, namun kebahagiannya
melebihi keheranannya.
Alhamdulillah.... Ia
sangat gembira.
Ia tersadar bahwa hal yang baru ia alami itu adalah bukti nyata
dari makna ayat yang ia ukirkan tadi.
Sungguh, jika yang mengalaminya adalah orang yang beriman, maka
akan bertambah keimanannya.
Gadis itu berdecak dan ia benar-benar merasa kagum. Ia bersyukur
akan hal tersebut. Ia pun dapat kembali ke penjara suci itu dengan perasaan
lebih tenang.
***
Labels: based on true story, story
Post a Comment
Silahkan beri tanggapan, masukan, kritik atau saran.